Lestari, seorang dokter gigi spesialis gigi anak, lahir di kota Solo 60 tahun silam. Ia merupakan anak ke 7 dari 10 bersaudara pasangan pengusaha batik tulis di Solo. Tumbuh di lingkungan industry batik tulis, membuatnya mampu belajar dan mengerti setiap detil proses pembuatan batik tulis. Tidak hanya proses pembuatan, bahkan ilmu tentang pemasarannya ia peroleh dan pelajari langsung dari kedua orang tuanya.
Menekuni profesi sebagai dokter gigi sejak 1989, tidak membuat lestari jauh dari jangkauan daya “magis” batik yang sudah melingkupinya semenjak kecil. Keinginannya untuk membuat karya batik yang disukai dan dipakai banyak orang tetap terpelihara. Pada tahun 2007, disela sela kesibukan menjalankan profesinya, timbul pemikiran untuk membuat desain batik yang unik dan berbeda. Terinspirasi profesi yang ditekuninya, ia membuat desain batik bermotif gigi geligi. Seperti apa yang telah ia perkirakan, desain ciptaannya mendapat sambutan luas dikalangan dokter gigi . Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya permintaan dan pemesanan desain dari komunitas dokter gigi dalam pameran pameran yang diikuti Lestari.
Ketika batik ditetapkan sebagai warisan budaya asli Indonesia oleh UNESCO pada bulan Oktober 2009, dan masyarakat Indonesia berbangga hati mengenakan batik, motif desain ciptaan Lestari semakin beragam.
Dokter gigi yang bertugas di RSU Haji Surabaya ini, menuangkan imajinasi desainnya dalam motif medical. Motif yang telah diciptakannya meliputi Anatomi, Histologi, Pathologi dan Microbiologi dan lainnya.
Desain ciptaan Lestari telah banyak digunakan oleh banyak sejawatnya diberbagai perkumpulan bidang profesi kedokteran, seperti IDGAI, PAPDI, NEPROLOG, NEUROLOG, BIOMEDIK, PERSADIA, IDI, PDGI, IDAI, PERHATI, YARSI, dll.
Nama produksi batik medical desain Lestari adalah “ASHRI” , dan telah terpatenkan awal tahun 2019. Nama batik medical Ashri diambil dari nama anak perempuannya Bening Sinaring Ashri.